Pada awalnya penulis bingung apa yang akan dibuat sebagai
topik untuk Tugas Akhir S2 nya. Penulis ingin memberikan tugas yang terakhir
dalam S2 nya ini untuk Tuhan. Kira-kira apa yang dapat penulis berikan kepada
Tuhan yang telah mengasihi penulis? Penulis akhirnya menetapkan untuk membuat
cerita alkitab untuk anak-anak yang pendekatan visualnya memakai kebudayaan
Indonesia.
Dalam pembuatan Tugas Akhir S2 penulis ini yang penulis
namakan dengan 'Kisah Kasih sang Gusti', penulis mengalami banyak sekali
kebaikan dan pertolongan Tuhan, bahkan bisa dibilang mujizat yang penulis
alami, berikut adalah cuplikan kisah kebaikan Tuhan yang penulis rasakan dalam
pembuatan Kisah Kasih sang Gusti ini, semoga menguatkan kita yang ingin turut
berkarya bagiNya:
Mujizat Gusti Yesus |
Semangat awal bagi
penulis
Semangat awal penulis untuk membuat 'Kisah Kasih sang Gusti'
ini bermula waktu penulis sedang berada di Bali. Dalam hari yang sama setelah
penulis berniat untuk membuat cerita alkitab untuk anak dengan pendekatan
visualisasi budaya Indonesia, penulis datang untuk berkunjung ke Gereja
Katedral Roh Kudus di Bali. Awalnya penulis hanya ingin berkunjung saja, namun
setelah masuk penulis sangat terkejut dan terkagum-kagum karena Gereja Katedral
ini adalah Gereja yang sangat indah, dengan desain dalam bangunan gereja ini
yang terakulturasi dengan seni dan budaya Bali. Seperti inilah yang penulis ingin buat, baru saja penulis
mendapatkan ide untuk membuat cerita alkitab dengan budaya Indonesia, penulis
langsung mendapatkan inspirasi yang memberikan semangat melalui Gereja katedral
di Bali ini. Penulis merasakan dorongan
semangat awal untuk membuat cerita alkitab untuk anak dengan pendekatan
visualisasi budaya Indonesia ini menjadi nyata. Penulis merasakan kalau ia
sendiri juga diberi semangat langsung dari Tuhan melalui kejadian ini.
Ide untuk membuat membuat
cerita alkitab untuk anak dengan pendekatan visualisasi budaya
Indonesia, melalui wayang
Tuhan telah lama menjalin hubungan antara penulis dengan
pihak museum wayang ini melalui sebuah proyek animasi, ternyata baik penulis
dan Bpk. Budi Sentosa dari pihak Museum Wayang ternyata keduanya memiliki
kecocokan dalam membahas seni dan budaya indonesia sebagai suatu kebanggaan
akan tingginya nilai kebudayaan Indonesia di masa lampau di mata dunia. Ternyata kecocokan ini berlanjut ketika membahas wayang
purwa dan wayang wahyu sebagai dasar akulturasi visual wayang kristiani yang
dibuat penulis. Bahkan pertama kali wayang wahyu diketahui penulis ketika penulis
melakukan dokumentasi terhadap koleksi-koleksi Museum Wayang.
Memilih animasi motion graphic sebagai media
penyampaian untuk cerita Alkitab anak dengan
pendekatan visualisasi budaya Indonesia, melalui wayang
Pada awalnya penulis ingin membuat tugas ini dalam bentuk
buku cerita alkitab pop up, namun
setelah dipikirkan lebih matang lagi akhirnya penulis memutuskan untuk membuat
Tugas Akhir S2 ini dalam bentuk animasi motion
graphic yang dapat dilihat melalui situs youtube dan vimeo, sehingga dapat
menyebar lebih luas dan orang dapat mendapatkannya dengan gratis. Penulis
berharap animasi motion graphic 'Kisah
Kasih Sang Gusti' ini menjadi berkat untuk orang yang menontonnya. Penulis
bersyukur dengan mengambil keputusan untuk membuat animasi motion graphic 'Kisah Kasih Sang Gusti', karena banyak orang yang
dapat menikmatinya dan mendapatkannya dengan gratis. Penulis bersyukur karena
beberapa masukkan yang didapat melalui penayangan animasi motion graphic secara online
ini menyatakan bahwa 'Kisah Kasih Sang Gusti' ini telah menjadi berkat untuk
yang menontonnya dan bermanfaat untuk anak-anak.
Memilih Cerita yang
akan diangkat, kisah sengsara Gusti Yesus, peneguhan dr Romo Ipung (Rm.
Agustinus) selaku Romo yang ditugaskan dalam pelayanan untuk pendidikan anak,
dan peneguhan dari Romo Heru selaku Romo kepala salah satu paroki di Jakarta Barat.
Sebelumnya, penulis hendak mengangkat cerita perjanjian baru
sebagai topik utama, namun melalui masukan dosen pembimbing Bpk. Sumbo
Tinarbuko, penulis diminta memfokuskannya pada peristiwa Paskah sebagai inti
dari keimanan Kristiani. Namun dalam dalam perjalanan penciptaan ini, penulis mendapat masukan yang sangat menggoyahkan,
dimana salah satu masukan penguji untuk jangan mengangkat peristiwa yang sudah
umum seperti paskah dan natal. Hal ini sangat menggalaukan penulis, namun
setelah mendengar masukan Romo Ipung agar cerita Paskah perlu diangkat terus
dan semakin difokuskan, juga masukkan Romo Heru tentang pentingnya nilai Paskah
terutama bagi anak, maka penulis tetap maju dengan tema kisah sengsara Yesus
dalam Alkitab.
Menemukan Romo
Dalang FX Wiyono Projo
Romo dalang bisa dibilang romo yang langka, bahkan pihak
Museum Wayang pun mengakui keberadaan dalang wayang wahyu dan pagelarannya
sudah tidak pernah diadakan. Penulis juga melakukan pencarian melalui internet.
Didapatkan Romo dalang yang berhasil dihubungi parokinya, namun Romo tersebut
sudah meninggal. Dalam kebingungannya, penulis disapa oleh salah satu dosen
rekan kerja. Dia menanyakan sedang membuat apa, sehingga penulis mulai
menjelaskan rencana perancangan wayang Kristiani ini dan kesulitannya dalam
menemukan Romo dalang. Ternyata rekan kerja penulis ini adalah kakak dari
seorang Romo di Jawa Timur, segeralah dia menelepon dan menanyakan adiknya
tentang adakah Romo dalang. Dari informasi Romo adik ini penulis menenukan Romo
Dalang di Gereja Pugeran Yogyakarta. Selain menemukan, penulis juga kagum akan
bantuan Tuhan yang ajaib ini, sebab kuliah s2 penulis juga di Yogyakarta, dan
dengan sekali jalan penulis dapat melakukan wawancara dan asistensi terhadap
dosen pembimbing.
Dapat menonton
bersama anak BIA St. Teresia dengan persiapan yang sangat singkat dan hasilnya sangat
membuat anak-anak antusias.
Persiapan yang dibantu Tuhan antara lain: pembuatan brosur
yang kilat, pengumuman yang mendadak, kacamata yang berhasil dicetak cepat, kaos
juga dapat dicetak dengan cepat dan bagus, serta Tuhan tidak hanya mengundang
anak-anak dan kakak pengajar BIA, namun juga orang tua anak dan suster.
0 komentar:
Posting Komentar